ANALISIS RASIO
1.
Pengertian Rasio
Keuangan
Menurut Sofyan Syarif ,1998 : “Rasio
keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan
keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan
signifikan”. Rasio keuangan menunjukkan hubungan
sistematis dalam bentuk perbandingan antara perkiraan-perkiraan laporan
keuangan. Agar hasil perhitungan rasio keuangan dapat diinterpretasikan,
perkiraan-perkiraan yang dibandingka n harus mengarah pada hubungan ekonomis yang
penting. Contoh Pertama, untuk beberapa pengecualian, tidak ada
ketentuan-ketentuan baku dan cepat untuk komputasi rasio. Kedua, dalam
penghitungan banyak rasio, angka-angka laporan laba rugi dibandingkan dengan
angka-angka neraca. Karena laporan laba rugi mengacu pada suatu periode waktu
dan neraca mengacu pada suatu titik waktu, maka dalam penghitungan rasio-rasio
adalah baik untuk menghitung rata-rata untuk angka-angka neraca.
2.
Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas menggambarkan kemampuan
perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Rasio-rasio ini
dapat dihitung melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos
aktiva lancar dan hutang lancar. Beberapa rasio likuiditas ini adalah sebagai
berikut :
a.
Current Rasio
Rasio ini menunjukan sejauh mana aktiva
lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aktiva
lancar dengan hutang lancar semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi
kewajiban jangka pendeknya.
Besar current ratio yang ideal belum ada
suatu patokan yang apsti, namun standar umumyang digunakan 200% atau 2:1 yang
berarti nilai aktiva lancar adalah dua kali dari hutang lancar atau setiap satu
rupiah hutang lancar harus dapat dijamin sedikitnya dengan dua rupiah aktiva
lancar.
b.
Quick Rasio
Rasio ini menunjukan kemampuan aktiva
lancar yang paling likuid mampu menutupi hutang lancar. Semaki besar rasio ini
semakin baik. Rasio ini disebut juga Acid test rasio.
Untuk quick rasio ukuran berdasarkan
prinsaip hati-hati adalah 100% atau 1:1 dianggap cukup memuaskan didalam
perusahaan apabila kurang maka dianggap kurang baik.
c.
Cash Rasio
Rasio ini menunjukan kemampuan perusahaan
untuk membayar utang jangka pendeknya yang harus segera dipenuhi dengan kas dan
surat berharga dalam perusahaan yang dapat segera di uangkan. Kegunaan dari
rasio ini adalah untuk mengetahui bahwa setiap hutang lancar Rp. 1, 00 di jaminkan
oleh kas dan efek sebesar hasil yang diperoleh dari cash rationya, tidak
terdapat standar khusus pada cash ratio sehingga penilaianya tergantung
kebijakan perusahaan.
3.
Rasio Solvabilitas
Rasio ini disebut juga Ratio leverage
yaitu mengukur perbandingan dana yang disediakan oleh pemiliknya dengan dana
yang dipinjam dari kreditur perusahaan tersebut. Rasio ini dimaksudkan untuk
mengukur sampai seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang rasio ini
menunjukkan indikasi tingkat keamanan dari para pemberi pinjaman (Bank). Adapun
Rasio yang tergabung dalam Rasio Leverage adalah :
a.
Total Debt to Equity
Ratio (Rasio Hutang terhadap Ekuitas)
Merupakan Perbandingan antara hutang-hutang
dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri,
perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibanya. Rasio ini dapat dihitung denga
rumus yaitu : Total Debt to equity Ratio = Total Hutang : Ekuitas
Pemegang Saham
b.
Total Debt to Total
Asset Ratio ( Rasio Hutang terhadap Total Aktiva )
Rasio ini merupakan perbandingan antara
hutang lancar dan hutang jangka panjang dan jumlah seluruh aktiva diketahui.
Rasio ini menunjukkan berapa bagian dari keseluruhan aktiva yang dibelanjai
oleh hutang. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus yaitu : Total Debt to
Total Asset Ratio = Total Hutang : Total Aktiva
4.
Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas adalah rasio yang mengukur
efektivitas perusahaan dalam menggunakan atau memanfaatkan sumber daya yang
dimilikinya. Misalnya, kita mengukur efektivitas sebuah perusahaan dalam memanfaatkan
asetnya. Singkatnya, dengan rasio ini kita bisa mengukur tingkat efisiensi
perusahaan dalam memanfaatkan aset untuk menghasilkan pendapatan.
Rasio aktivitas yang pertama adalah rasio
perputaran aset atau aktiva (asset turnover). Cara menghitungnya adalah dengan
membagi total pendapatan atau penjualan dengan total aset atau aktiva
perusahaan. Rasio ini sangat berguna untuk menghitung nilai penjualan yang
dihasilkan perusahaan dari setiap rupiah asetnya. Sebagai contoh jika sebuah
perusahan memiliki total penjualan Rp 50 miliar dan total aset Rp 100 miliar,
artinya rasio perputaran asetnya sebesar 0,5 kali.
Perusahaan yang memiliki margin keuntungan
rendah biasanya memiliki rasio asset turnover tinggi, sementara yang margin
keuntungannya tinggi memiliki asset turnover rendah. Dalam beberapa industri,
misalnya industri ritel, rasio perputaran aset biasanya tinggi karena dalam
industri ini ada persaingan harga yang sengit. Dengan kata lain, untuk bisa
memperoleh penjualan yang tinggi sebuah perusahaan harus bekerja keras memutar
asetnya.
Rasio yang kedua adalah rasio perputaran
persediaan atau inventory turnover. Cara menghitungnya adalah dengan membagi
harga pokok penjualan dengan rata-rata persediaan dalam satu tahun. Adapun cara
menghitung rata-rata persediaan adalah dengan menambahkan persediaan di awal
tahun dengan persediaan di akhir tahun dan kemudian dibagi dua [( persediaan
awal+persediaan akhir)/2].
Makin tinggi inventory turnover, semakin
efisien perusahaan itu. Tapi, jika inventory turnover-nya rendah, ini pertanda
buruk. Sebab, sebagian persediaannya hanya ngendon di gudang.
5.
Rasio Rentabilitas
Rasio ini disebut juga sebagai Ratio
Profitabilitas yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam memperoleh laba atau keuntungan, profitabilitas suatu perusahaan
mewujudkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan
laba tersebut. Yang termasuk dalam ratio ini adalah :
a.
Gross Profit Margin (
Margin Laba Kotor)
Merupakan perandingan antar penjualan
bersih dikurangi dengan Harga Pokok penjualan dengan tingkat penjualan, rasio
ini menggambarkan laba kotor yang dapat dicapai dari jumlah penjualan. Rasio
ini dapat dihitung dengan rumus yaitu : Gross Profit Margin = Laba
kotor : Penjualan Bersih.
b.
Net Profit Margin
(Margin Laba Bersih)
Merupakan rasio yang digunaka nuntuk
mengukur laba bersih sesudah pajak lalu dibandingkan dengan volume penjualan. Rasio
ini dapat dihitung dengan Rumus yaitu : Net Profit Margin = Laba
Setelah Pajak : Penjualan Bersih.
c.
Earning Power of Total
investment
Merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva
untuk menghasilkan keuntungan netto. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus
yaitu : Earning Power of Total investment = Laba Sebelum Pajak : Total
aktiva
d.
Return on Equity
(Pengembalian atas Ekuitas)
Merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan dari modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan bagi
seluruh pemegang saham, baik saham biasa maupun saham preferen. Rasio ini dapat
dihitung dengan rumus yaitu : Return on Equity = Laba Setelah Pajak : Ekuitas
Pemegang Saham.
6.
Standar Rasio Industri
Rasio Industri adalah salah satu dari
beberapa jenis rasio keuangan yang digunakan untuk membuat perbandingan antara
item seperti, biasanya untuk tujuan menentukan stabilitas saat bisnis dalam
kaitannya dengan kompetitornya. Investor sering menemukan bahwa rasio industri
sangat membantu dalam menilai potensi bisnis yang berbeda dalam hal investasi,
karena menghitung rasio melibatkan mengukur profitabilitas dan efisiensi
operasi umum dibandingkan dengan apa lagi yang terjadi di industri yang sama.
Menentukan rasio memerlukan pengumpulan data industri dan benar analisis
statistik tersebut sehingga perbandingan antara perusahaan dalam industri yang
sama seragam dan data yang dihasilkan benar-benar bermakna.
Dalam lingkup rasio industri, ada sejumlah
faktor untuk dipertimbangkan. Salah satu harus dilakukan dengan
mengidentifikasi potensi pertumbuhan satu atau lebih perusahaan dalam suatu industri
tertentu. Hal ini sering membutuhkan penilaian faktor-faktor seperti kinerja
masa lalu dari perusahaan di masa yang sama, seperti triwulan, sama satu dua,
atau bahkan lima tahun sebelumnya. Melakukan hal membantu menyediakan beberapa
wawasan ke dalam bagaimana industri itu sendiri berubah dan berkembang, dan apa
persentase bahwa pertumbuhan perusahaan yang dipertimbangkan telah
berkontribusi pada proses.
Dalam lingkup rasio industri, pertimbangan
manajemen aset juga penting. Di sini, tujuannya adalah untuk memahami apa yang
masing-masing perusahaan dalam pertimbangan yang dilakukan dengan sumber daya
yang mereka miliki di tangan. Ini berarti manajemen secara keseluruhan, dari
pembelian bahan baku untuk menjaga limbah dalam proses produksi serendah mungkin.
Dengan menerapkan standar industri di daerah ini untuk situasi tertentu, adalah
mungkin untuk melihat bagaimana langkah-langkah Facebook keseluruhan, dan
mungkin membantu investor dalam menentukan jika perusahaan tertentu bernilai
mengejar sebagai investasi.
Proses pengelolaan aset juga mencakup
pertimbangan manajemen utang. Sekali lagi, rasio industri perusahaan di bawah
pertimbangan harus menunjukkan perbandingan positif dengan standar industri,
menunjukkan bahwa perusahaan yang mengelola dan pensiun utang dengan cara yang
mengilhami keyakinan dalam industri dan dengan investor pada umumnya. Sebuah
perusahaan yang tidak menguntungkan dibandingkan dengan rasio industri pesaing
lain dalam hal pengelolaan aset kemungkinan akan dianggap sedikit dari risiko,
dan investasi untuk menghindari.
Seperti halnya jenis perbandingan, rasio
industri hanya sebagai baik sebagai data yang digunakan untuk membuat
penilaian. Ini berarti bahwa sebelum mengambil rasio pada nilai nominalnya,
adalah penting untuk memverifikasi informasi yang digunakan untuk sampai pada
rasio itu. Dengan asumsi semua informasi terkini dan benar, rasio industri
dapat menyediakan data penting bahwa perusahaan dapat digunakan untuk
memperbaiki situasi mereka, atau bahwa investor dapat gunakan ketika
mempertimbangkan apakah atau tidak untuk membeli saham yang dikeluarkan oleh
suatu perusahaan.
Sumber : Rutbeyta. 2012. “Berbagai Macam Ruang Lingkup Laporan Keuangan”. http://ruth898989.blogspot.co.id/2012/03/analisis-laporan-keuangan_07.html.
Sumber : Rutbeyta. 2012. “Berbagai Macam Ruang Lingkup Laporan Keuangan”. http://ruth898989.blogspot.co.id/2012/03/analisis-laporan-keuangan_07.html.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar