Kamis, 28 April 2016

Tulisan Soffkil 3



                Tulisan soffkil yang ketiga kali ini saya akan membahas apa yang telah saya pelajari dalam mata kuliah ‘’Analisis Laporan Keuangan #’’ yang membahas mengenai laporan sumber dn penggunaan kas dan break event point (BEP). Sebenarnya pembahasan ini telah saya posting dalam blog saya, akan tetapi saya akan menjelaskan terlebih lagi mengenai materi ini secara detail.

Laporan Sumber-Sumber Dan Penggunaan (Dalam Artian Modal Kerja)
Dalam kenyataannya selain membuat  laporan sumber dan penggunaan dana atas dasar kas, perusahaan juga membuat laporan sumber dan penggunaan dana atas dasar modal kerja (statements of sources and uses of working capital).
a.       Pengertian modal kerja
Modal kerja dapat diartikan beberapa Modal kerja adalah kelebihan    aktiva lancar diatas hutang lancar.Dalam laporan sumber dan penggunaan modal kerja tidak dicantumkan penggunaan dana yang berasal dari modal sendiri karena tidak akan mengakibatkan perubahan modal kerja (netto).
b.      Contoh
 

Selanjutnya terjadi berbagai transaksi yang mengakibatkan perubahan unsur aktiva lancar dan hutang lancar, yaitu :
·                  Perubahan ke – 1
Pembelian barang (inventory) secara kredit sebesar Rp. 50.000. 
 
·               Perubahan ke – 2
Pembayaran hutang perniagaan sebesar Rp. 100.000 dengan kas

 
           Dari contoh diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa jumlah modal kerja harga akn berubah jika ada perubahan dalam non current account (aktiva tetap, hutang jangka panjang dan modal sendiri). Perubahan unsur non current account yang memperbesar modal kerja disebut dengan sumber modal kerja atau sources of work capital. Sedangkan yang memperkecil modal kerja disebut dengan penggunaan modal kerja. Jika penggunaan modal kerja lebih kecil dibandingkan dengan sumber modal kerja maka hal ini akan mempunyai efek neto yang positif. Sedangkan jika penggunaan modal kerjanya lebih besar maka efek netonya akan memperkecil modal kerja. Sumber-sumber modal kerja, antara lain :
·               Berkurangnya aktiva tetap
·               Bertambahnya hutang jangka panjang
·               Bertambahnya modal
·               Keuntungan dan operasi perusahaan
    Penggunaan modal kerja
·                     Bertambahnya aktiva tetap
·                     Berkurangnya hutang jangka panjang
·                     Berkurangnya modal
·                     Pembayaran cash deviden
·                     Adanya kerugian dalam operasi perusahaan


BREAK EVEN POINT
Break Even Point (BEP) ialah titik impas di mana posisi jumlah pendapatan dan biaya sama atau seimbang sehingga tidak terdapat keuntungan ataupun kerugian dalam suatu perusahaan.Rumus yang digunakan untuk analisis Break Even Point ini terdiri dari dua macam sebagai berikut:
  1. Dasar Unit
    Berapa unit jumlah barang/jasa yang harus dihasilkan untuk mendapat titik impas: BEP = FC /(P-VC)
  2. Dasar Penjualan
    Berapa rupiah nilai penjualan yang harus diterima untuk mendapat titik impas: FC/ (1 – (VC/P))* Penghitungan (1 – (VC/P)) biasa juga disebut dengan istilah Margin Kontribusi Per Unit. 
A.          Simulasi Menghitung BEP
Agar bisa memahaminya, mari kita praktikkan langsung rumus ini dengan simulasi:
Total Biaya Tetap (FC) senilai Rp 100 juta
Total Biaya Variabel (VC) per unit senilai Rp 60 ribu
Harga jual barang per unit senilai Rp 80 ribu
Penghitungan BEP Unit
BEP = FC/ (P – VC)
BEP = 100.000.000/ (80.000 – 60.000)
BEP = 5000
Penghitungan BEP Rupiah
BEP = FC/ (1 – (VC/P))
BEP = 100.000.000/ (1 – (60.000/80.000))
BEP = Rp 400.000.000
Dari analisis inilah perusahaan dapat meramalkan keuntungan yang dapat diperoleh (target laba) berdasarkan berapa penjualan minimumnya. Adapun rumus untuk menghitung target ini sebagai berikut:
BEP – Laba = (FC + Target Laba) / (P – VC)
Mari kita pelajari simulasi untuk menghitung target laba ini. Dengan FC, VC, dan P yang sama dengan contoh sebelumnya, perusahaan ini menargetkan laba sebesar Rp 80 juta per bulan.
BEP – Laba = (FC + Target Laba) / (P – VC)
BEP – Laba = (100.000.000 + 80.000.000) / (80.000 – 60.000)
BEP – Laba = 180.000.000 / 20.000
BEP – Laba = 9.000 unit atau
BEP – Laba = Rp 720 juta (didapat dari: 9000 unit x Rp 80.000)

B.     Membuktikan Laba Yang Diperoleh
Untuk membuktikan bahwa dengan menjual 9.000 unit bernilai Rp 720.000.000, perusahaan akan mendapatkan laba Rp 80 juta, mari kita periksa berikut ini:
Penjualan Rp 720.000.000
FC Rp 100.000.000
Total VC (Rp 60.000 x 9000 unit) Rp 540.000.000
Total Biaya Rp 640.000.000
Laba Rp 80.000.000 (Dihitung dengan cara: Penjualan – (FC + Total VC))


Diatas adalah penjelasan mengenai materi “sumber penggunaan modal kerja dan break event point” semoga penjelasan diatas bias membantu. Sekian dan terimah kasih. 

Sumber :
http://zahiraccounting.com/id/blog/break-even-point-bep/