Kamis, 16 Juni 2016

Tugas 4 Analisis Laporan Keuangan



Struktur Modal (Capital Structure)


A.           Pengertian Struktur Modal

Pada dasarnya tugas manajer keuangan perusahaan adalah berusaha mencari keseimbangan finansial neraca yang dibutuhkan serta mencari susunan kualitatif neraca tersebut dengan sebaik-baiknya. “Pemilihan susunan kualitatif pada sisi assets akan menentukan struktur kekayaan perusahaan, sedangkan pemilihan susunan kualitatif dari sisi liabilities dan equities akan menentukan struktur keuangan dan struktur modal perusahaan” (Riyanto, 1984, p.4). Wasis (1981) menyatakan bahwa struktur modal harus dapat dibedakan dengan struktur keuangan.
Perhitungan biaya rata-rata tertimbang modal (WACC) didasarkan pada bobot masing-masing komponen dari bauran berbagai sekuritas yang digunakan perusahaan untuk membiayai asetnya. Tetapi, jika bobot tiap komponen struktur modal tersebut berubah, maka biaya modal dan proyek yang disetujui juga akan berubah. Apalagi jika terjadi perubahan bauran struktur modal, maka akan berdampak pada risiko yang terkandung dalam saham biasa perusahaan. Oleh karenanya, keputusan tentang struktur modal merupakan hal yang penting.
Secara konseptual terdapat istilah struktur modal yang ditargetkan (target capital structure) yaitu bauran atau perpaduan dari hutang, saham preferen dan saham biasa yang dikehendaki perusahaan dalam struktur modalnya. Meskipun struktur modal yang ditargetkan akan berubah-ubah sesuai dengan perubahan kondisi, umumnya perusahaan telah menghitung dan mempunyai pedoman untuk mencapai struktur modal tertentu. Dengan adanya struktur modal yang ditargetkan, setiap pembiayaan akan berpatokan pada bauran modal tersebut. Jika penggunaan hutang berada di bawah target tersebut, maka perusahaan harus mencari pinjaman. Demikian, jika rasio hutang telah di atas target, ada kemungkinan perusahaan harus menjual saham baru.
Kebijakan mengenai struktur modal melibatkan trade off antara risiko dan tingkat pengembalian (return). Penambahan hutang akan memperbesar risiko perusahaan, tapi akan memperbesar tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return). Risiko yang makin tinggi akibat besarnya hutang cenderung akan menurunkan harga saham, tapi meningkatnya expected return diharapkan akan meningkatkan harga saham pula. Dari sini muncul konsep struktur modal optimal, yaitu struktur modal yang mengoptimalkan keseimbangan antara risiko dan pengembalian sehingga memaksimumkan harga saham.
Risiko yang dihadapi oleh perusahaan merupakan faktor yang mempengaruhi keputusan tentang struktur modal. Risiko dapat dikategorikan dalam dua kategori :
·         Risiko bisnis (business risk) yaitu tingkat risiko terkait dengan tidak digunakannya hutang jangka panjang untuk membiayai asset perusahaan. Jika risiko bisnis makin besar, artinya rasio hutang makin kecil.
·         Risiko keuangan (financial risk) yaitu risiko yang dihadapi para pemegang saham biasa sebagai akibat penggunaan hutang jangka panjang.
 Secara konseptual, operasionalisasi suatu perusahaan mengandung risiko bisnis. Jika perusahaan menggunakan hutang, maka risiko ini akan dibebankan utamanya pada pemegang saham biasa. Risiko bisnis adalah ketidakpastian yang berkaitan dengan proyeksi tingkat pengembalian atas aktiva (ROA) atau atas ekuitas (ROE) dengan asumsi perusahaan tidak menggunakan hutang. Fluktuasi ROE ini disebabkan oleh banyak faktor seperti perekonomian nasional, keberhasilan produk baru yang dikeluarkan oleh perusahaan atau pesaingnya, kebakaran, pemogokan, dan lain-lain. Unsur ketidakpastian perolehan ROE inilah yang disebut sebagai risiko bisnis.
Sementara itu risiko keuangan lebih diartikan sebagai tambahan risiko yang ditanggung oleh pemegang saham sebagai akibat penggunaan leverage keuangan. Artinya jika makin besar penggunaan sekuritas yang berbiaya tetap dengan prosentase bunga tertentu (hutang dan saham preferen), maka pemegang saham biasa akan menanggung seluruh risiko bisnis, sehingga risiko terhadap turunnya nilai saham ditanggung oleh pemegang saham akan berlipat dua jika dibandingkan kondisi awal. 
Berikutnya akan dibahas bagaimana leverage keuangan (financial leverage) akan mempengaruhi laba per lembar saham (EPS). Analisis terhadap struktur modal pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan hutang (leverage keuangan) terhadap harga saham perusahan, karena perusahaan akan memutuskan apakah perusahaan perlu memasukkan komponen hutang dalam struktur modal (yang berarti menggunakan hutang sebagai sumber pendanaan) atau tidak (unleverage). Kemudian, jika memanfaatkan leverage keuangan, pada jumlah berapakah penggunaan hutang? Dari berbagai keputusan tersebut, prinsip dasarnya adalah perusahaan harus memilih struktur modal yang dapat memaksimumkan harga saham perusahaan.




B.            Komponen Struktur Modal

1.             Hutang Jangka Panjang
Jumlah hutang di dalam neraca akan menunjukkan besarnya modal pinjaman yang digunakan dalam operasi perusahaan. Modal pinjaman ini dapat berupa hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang, tetapi pada umumnya pinjaman jangka panjang jauh lebih besar dibandingkan dengan hutang jangka pendek.
2.             Modal Sendiri
Pendanaan dengan modal sendiri akan menimbulkan opportunity cost. Keuntungan dari memiliki saham perusahaan bagi owner adalah control terhadap perusahaan. Namun, return yang dihasilkan dari saham tidak pasti dan pemegang saham adalah pihak pertama yang menanggung resiko perusahaan. Modal sendiri atau ekuitas merupakan modal jangka panjang yang diperoleh dari pemilik perusahaan atau pemegang saham. Modal sendiri diharapkan tetap berada dalam perusahaan untuk jangka waktu yang tidak terbatas sedangkan modal pinjaman memiliki jatuh tempo. Ada 2 (dua) sumber utama dari modal sendiri yaitu:
·                Modal saham preferen
Saham preferen memberikan para pemegang sahamnya beberapa hak istimewa yang menjadikannya lebih senior atau lebih diprioritaskan daripada pemegang saham biasa.
·                Modal saham biasa
Pemilik perusahaan adalah pemegang saham biasa yang menginvestasikan uangnya dengan harapan mendapat pengembalian dimasa yang akan datang. Pemegang saham biasa kadang-kadang disebut pemilik residual sebab mereka hanya menerima sisa setelah seluruh tuntutan atas pendapatan dan asset telah dipenuhi.

C.                              Contoh Kasus 1

                 Asset PT Aristoteles saat ini dibiayai seluruhnya oleh saham biasa senilai $5.000.000. Perusahaan ingin membeli peralatan baru senilai $2.000.000 dengan alternatif cara: 1) menjual 40.000 lembar saham biasa pada harga $50 per lembar, 2) menjual obligasi berbunga 10%, atau 3) menerbitkan saham preferen 8%. EBIT saat ini adalah $8.000.000, tingkat pajak pendapatan 50% dan jumlah lembar saham yang beredar saat ini sebanyak 100.000 lembar. Untuk menghitung titik indiferen, lebih dahulu perlu dihitung EPS pada tingkat EBIT $1.000.000.
Seluruhnya saham biasa   Seluruhnya hutang      Seluruhnya s.preferen

EBT                      $1,000,000                   $800,000                    $1,000,000
Pajak                    500,000                        400,000                       500,000

EAT                     $500,000                      $400,000                     $500,000
Deviden S.Pref    160,000

EAC                     $500,000                      $400,000                     $340,000
Jumlah saham       140,000                        100,000                       100,000
EPS

                 Grafik EPS-EBIT dibuat dengan cara menghubungkan antara EPS pada tingkat EBIT $1.000.000 dengan EBIT untuk masing-masing alternatif pendanaan pada sumbu horisontal. Untuk rencana penggunaan saham biasa, garis melewati titik nol karena tidak terdapat biaya tetap (biaya tetap = nol), sementara untuk penggunaan obligasi, paling tidak harus tersedia EBIT sejumlah $200.000 untuk dapat menutup biaya bunga. Untuk rencana menggunakan saham preferen, minimal harus tersedia EBIT sejumlah $320.000 [$160.000/(1-0,5)] untuk menutup deviden saham preferen yang sebesar $160.000 pada tingkat pajak 50%, jadi garis saham preferen melewati titik $320.000 pada sumbu horisontal.
Dalam contoh ini, titik indiferen antara saham biasa dan hutang adalah:
(EBIT − 0)(1− 0,5)− 0 =   (EBIT − 200.000)(1− 0,5)− 0

.000          100.000
,5(EBIT)(100.000)           = 0,5 (EBIT)(140.000) – 0,5(200.000)(140.000)
.000EBIT = 14.000.000 EBIT = 700.000
                 Dengan cara yang sama, titik indiferen antara saham biasa dan saham preferen diperoleh sejumlah $ 1.120.000. Dari gambaran tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pada berapapun tingkat EBIT, penggunaan hutang lebih baik dari pada saham preferen karena tingkat EPS yang dihasilkannya lebih tinggi. Kesimpulan kedua adalah bahwa pada tingkat EBIT di atas $700.000, penggunaan hutang lebih baik dibandingkan menggunakan saham biasa. Jika EBIT kurang dari $700.000 lebih baik menggunakan saham biasa. Ketiga, pada tingkat EBIT di atas $1.120.000 lebih baik perusahaan menggunakan saham preferen dibandingkan saham biasa, dan sebaliknya jika EBIT kurang dari $1.120.000.

D.           Contoh Kasus 2

PT X mempunyai susunan modal pada tahun 2004 sebagai berikut :
Saham Biasa 100.000 lembar Rp 50.000.000,-
Saham preference 6% per tahun 1000 lembar Rp 25.000.000,-
Pada tahun 2005 membutuhkan tambahan dana sebesar RP 25.000.000,-denagan alternatif pembiayaan sebagai berikut :
Saham Biasa Rp 10.000.000,- saham Preference Rp 15.000.000,- (Alt A)
Saham Biasa Rp 15.000.000,- saham Preference Rp 10.000.000,- (Alt B)
Saham Biasa Rp 17.000.000,- saham Preference Rp 7.500.000,- (Alt C)
Nilai nominal saham biasa dan saham preference sama denagan nilai sebelumnya, pajak sebesar 35% :
Pertanyaan:
a. Tentukan EBIT indefference point dan buktikan bahwa EPS-nya sama.
b. Alternatif aman yang paling menguntungkan bagi pemegang saham, bial EBIT sebesar Rp 7.500.000,- kemkakan dengan alasan !
Jawaban :
diket :
C1 = 1 . (6% . 25.000.000
( 1- 0,35)
= 2.307.692,31
C2 = 1 . ( 6% . 15.000.000
( 1- 0,35)
= 3.692.307,70
S1 = 100.000 lembar + (25.000.000 : 5000)
= 150.000 lembar
S2 = 100.000 lembar + (10.000.000 : 5000)
= 120.000 lembar


Sumber :
http://jurnal-sdm.blogspot.co.id/2009/07/teori-struktur-modal-pengertian-dan.html


Tidak ada komentar:

Posting Komentar